Monday, April 19, 2010

iPad, Teknologi Baru dan Budaya

Pernah mendengar atau membaca informasi tentang iPad? Untuk lebih jelasnya silahkan klik kata iPad sebelumnya. Saya tidak panjang lebar membahas tentang iPad disini. Artikel ini sekedar memberikan umpan balik atas maraknya teknologi komunikasi melalui gadget dan peralatan komputer yang semakin kecil dan sederhana.

Sebagian pihak mengatakan bahwa masyarakat akan serta merta mengadopsi teknologi semacam iPad ini dengan alasan lebih tinggi tingkat mobilitas-nya dan efisien dalam hal penyimpanan. Hal tersebut memang tidak dapat diragukan lagi, namun ada beberapa faktor yang membuat masyarakat juga tidak serta merta mengadopsi teknologi ini. Banyak faktor yang membuat masyarakat tidak langsung mengadopsi teknologi baru, selain masalah biaya, juga masalah budaya.

Di satu media cetak besar nasional yang membahas tentang iPad ini mengatakan bahwa era pengetikan menggunakan keyboard atau papan ketik akan ditinggalkan. Apakah akan seperti itu adanya? Saya sangat meragukannya!
Sejak kemunculan koran online, kenyataannya toko buku masih banyak dikunjungi masyarakat, penulis, penerbit dan percetakan masih melakukan aktifitas dan memperoleh keuntungan dari budaya membaca masyarakatnya. Masyarakat masih berlangganan koran setiap hari, ada kemunculan majalah baru dari berbagai komunitas dan kebutuhan dan anak-anak sekolah serta mahasiswa masih menggunakan buku sebagai pembelajaran utamanya. Jadi, bisa dikatakan bahwa teknologi baru dengan media baru semacam Internet saat ini sekedar pilihan kedua dibandingkan media konvensional.

Kenyataannya memang teknologi diadopsi sebagian masyarakat dengan keterbatasan pengetahuannya. Namun budaya menentukan sikap, perilaku dan cara menggunakannya. Kita ada di masa transisi dimana sebagian kecil masyarakat mengadopsi teknologi namun sebaliknya sebagian besar masyarakat belum mengadopsinya. Belum lagi tanpa menghilangkan rasa optimis kita terhadap energi bumi, sudah selayaknya kita menjadi arif dan bijaksana dalam menggunakan energi tersebut, sebagai contoh ada aktifitas yang mencoba menghindari ketergantungan kita terhadap energi listrik.

Terkadang surat dengan tulisan tangan akan lebih pribadi dibandingkan surat elektronik yang dapat dikirimkan dalam beberapa detik saja. Terkadang lukisan di galeri-galeri seni akan lebih romantis dibandingkan foto-foto yang disebarkan lewat Internet. Seringkali akan lebih nyaman membaca buku bersama pasangan dibandingkan sibuk dengan gadget-nya masing-masing. Bukankah terkadang teknologi membuat kita mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat?

image: courtesy of techno-mobile.net

Friday, April 16, 2010

Green ICT Yang Mendasar

Akhir akhir ini lagi ramai-ramainya propaganda tentang Green ICT. Buat yang 'newbie' atau awam tentang istilah-istilah baru ini bisa menyimak tulisan singkat ini.

Singkat istilah, kata Green ini memang langsung diartikan sebagai penghematan. Tapi muncul pertanyaan, kenapa tidak pakai kata 'hijau' saja? Maklumlah, supaya pengartiannya meng-GLOBAL maka gunakan kata 'green'. ICT juga kepanjangan dengan bahasa inggris yaitu Information and Communication Technology. Kalo di-Indonesiakan menjadi Teknologi Informasi dan Komunikasi, disingkat TIK. Jadi kalo dipaksakan pakai bahasa Indonesia istilah ini menjadi TIK Hijau. Hehehehe menyebutnya jadi aneh ya :-?

Lepas dari permasalahan istilah, yang terpenting adalah permasalahan 'penghematan' yang menjadi tujuan kampanye ini. Bayangkan saja, total pengguna internet dunia saat ini sebesar1,802,330,457 dapat menghemat penggunaan kertas sebesar 60%, namun disisi lain ternyata konsumsi listrik-nya juga tidak kalah besar, yaitu sebesar 40%!

Melalui blog ini, penulis sekedar berbagi agar penggunaan komputer lebih bijaksana lagi. Bila ada niatan untuk mencetak email, sedianya dipikirkan baik-baik kepentingannya. Sebaliknya, upayakan untuk menghemat penggunaan daya listrik dengan mematikan komputer, atau setidaknya lakukan modus standby manakala komputer tidak digunakan dalam waktu lebih dari 30 menit. Untuk pengguna Internet, hal ini selain menghemat daya listrik, sekaligus mengantisipasi munculnya botnet di dunia maya.

Bagi pengguna laptop atau komputer jinjing, mungkin dapat memanfaatkan baterai sebagai sumber daya pengganti listrik, seefisien mungkin. Manakala baterai sudah mendapatkan daya yang penuh, segera cabut sambungan daya listrik ke laptop dan mulai gunakan baterai tersebut kembali sebagai sumber daya listrik-nya. Selain hemat, baterai laptop menjadi lebih tahan lama.

Penggunaan perangkat tambahan di sebuah komputer seperti webcam, harddisk eksternal, DVD eksternal, perangkat game, dan lain-lain, ternyata juga memakan sebagian daya komputer, jadi alangkah baiknya apabila perangkat tersebut sudah tidak digunakan segera dicabut dari komputer.

Semoga kampanye Green ICT ini tidak sia-sia, dan penulis yakin, kita sudah melakukannya sejak lama, tinggal bagaimana cara kita untuk menyebarkan kebiasaan baik ini kepada masyarakat yang masih awam tentang hal ini.

image: courtesy of datanews.rnews.be

Chit Chat