Bagi mereka yang baru mengenal komputer dan perkomputeran di era masa kini, mungkin terminologi WYSIWYG sangat awam dan belum pernah ditemui. Namun bagi yang pernah mengenyam pengalaman saat pertama kali munculnya Sistem Operasi Apple Macintosh atau Microsoft di era tahun 1995, hal ini bukan merupakan hal yang baru.
WYSIWYG kepanjangan dari What You See is What You Get. Apa yang kita lihat di layar monitor komputer kita adalah sama dengan apa yang akan kita peroleh nanti apabila kita ingin mencetaknya, atau melakukan presentasi di layar yang berbeda. Hal ini lambat laun ditingkatkan dengan keakuratan layout, warna, detil garis, dll. Namun demikian ada beberapa kontradiksi dalam memberikan pemaknaan dari WYSIWYG itu sendiri dengan menambahkan kata "NOT" diantara I (is) dan W (what). Sehingga dimaknai dengan kepanjangan What You See Is NOT What You Get. Hal ini muncul di beberapa kalangan karena kekecewaan mereka atas teknologi yang diperoleh tidak sesuai dengan harapannya.
Mirip dengan pemahaman awalnya, pada tingkatan komunikasi ataupun pada jenis komunikasi tertentu, WYSIWYG perlu juga kiranya dipakai sebagai pengetahuan bahwa ada perbedaan hasil antara tingkatan komunikasi inter personal dengan antar personal. Manakala terdapat dua orang sedang terlibat komunikasi non-verbal, maka masing-masing personal menggunakan pengalaman dan pengetahuan masing-masing dalam memberikan umpan baliknya. Kita pahami suatu contoh komunikasi dibawah ini.
Guru Ani sedang mengajar di dalam kelas di depan beberapa muridnya. Salah satu muridnya yang bernama Budi mulutnya sudah tiga kali terbuka setiap satu menit. Guru Ani menanyakan kepada Budi "Budi, apakah kamu kurang tidur?" Budi menjawab pertanyaan guru Ani "Tidak Bu, saya tidur lelap semalam selama delapan jam". Tentunya jawaban Budi akan mengherankan bagi guru Ani. Mengapa Budi yang terlihat mengantuk namun berbeda dengan pengakuannya yang bukan merupakan alasan atas tindak tanduknya di dalam kelas pada saat guru Ani mengajar.
Disini terdapat perbedaan pemahaman dari sebuah lambang-lambang komunikasi. Lambang komunikasi yang ada disini adalah 'mulut yang terbuka lebar-lebar tiga kali setiap satu menit'. Pemahaman guru Ani, bila murid terlihat mulutnya sudah tiga kali terbuka setiap satu menit, berarti dia mengantuk dan kemungkinan besar alasannya adalah kurang tidur di malam hari. Sebaliknya tindakan Budi dengan membuka mulutnya/menguap sebenarnya umpan balik non-verbal bagi guru yang memberikan pelajaran dengan cara yang membosankan. Budi memberikan komunikasi non-verbal kepada gurunya yang ternyata lambang komunikasi tersebut tidak dipahami guru Ani. Guru Ani tidak melihat ada pesan dibalik pesan atas komunikasi non-verbal yang diberikan oleh Budi.
Contoh lainnya adalah berkaitan dengan wacana yang selalu berkembang di kehidupan kita. Beberapa wacana tentang gender, agama, politik, bisnis misalnya. Ada pemahaman umum bahwa warna pink adalah warna untuk anak perempuan sedangkan warna biru adalah warna untuk anak laki-laki. Seorang Mario Teguh dengan cara komunikasi verbal dan non-verbalnya oleh beberapa kalangan yang belum begitu mengenalnya dianggap menganut agama tertentu. Partai politik dengan warna hijau diwacanakan sebagai partai agama tertentu. Pada masa kampanye tiga partai, warna baju yang kita kenakan dapat dianggap mewakili partai politik tertentu. Padahal belum tentu warna yang dimaksud untuk kepentingan partai politik tertentu. Beberapa psikolog tidak menyetujui wacana gender atas warna-warna seperti contoh diatas. Menurut mereka tidak ada salahnya anak perempuan memakai baju warna biru dan anak laki-laki memakai baju warna pink. Bagi mereka hal ini memunculkan sebuah pertanyaan, mengapa warna dijadikan wacana gender?
WYSIWYG dapat dipakai oleh pelaku bisnis yang mencoba mengetahui kemampuan dan tingkat kepercayaan terhadap calon pelanggannya atau sebaliknya. Bagi kaum muda atau insan yang sedang mencoba mengenali karakter atau watak dari calon pasangannya, WYSIWYG dapat dipakai sebagai langkah antisipatif dan alat kewaspadaan dibandingkan langkah kuratif seperti 3G. Untuk itu WYSIWYG perlu diantisipasi dan perlu disikapi dengan cermat dan bijaksana.
1 comment:
Is social media going to kill SEO?
Post a Comment